Assalamualaikum wr.wb
Saya kali ini akan memposting blog tentang “betapa
hebatnya Muslim di Indonesia”
Saya merasakan selama ini toleransi antar umat
beragama sudah kondusif.Seperti contoh, sekarang sudah banyak acara silaturahim
setelah Idul Fitri, ada yang menyebut halal bi halal, selalu saja dihadiri orang-orang non muslim
dengan kesadaran, bukan diajak.Begitu juga acara buka bersama Ramadhan tidak
sedikit orang non-Muslim ikut hadir.Acara hari-hari besar islam di sekolah atau
disekolah sama halnya juga.
Kalaupun ada kejadian rusuh, biasanya itu permainan
elit politik orang pusat yang mendompleng agama, makanya kejadiannya jauh dari
pusat kota.di kota-kota besar sangat jarang terjadi.
Akhir-akhir ini kita sering merasa terusik kedamaian
dan ketentraman yang sudah kami rasakan dengan ulah wacana para petinggi negeri
ini, termasuk sebagian dari para menterinya.Sepertinya lidah ini begitu saja
lepas keluar kalimat yang tidak difikirkan dampak-dampak dan pengaruhnya
terhadap kehidupan beragama.
Kita juga merasakan adanya pemaksaan secara
halus, agar kami meninggalkan keyakinan yang kami anut.Dengan mudahnya
tuduhan bahkan vonis “intoleransi” kepada orang-orang yang ingin mentaati
ajaran agamanya.Apakah kalau kami ingin menghormati agama Nasrani harus pakai
baju Natal? Apakah jika kami tidak hadir natalan atau tidak pakai baju natal berarti
kami tidak toleransi? Padahal toleransi yang kami fahami adalah kita saling
menghormati “adanya perbedaan”.Justru karena kami menghormati perbedaan
keyakinan maka kami tidak akan datang, supaya tidak saling merusak keyakinan
masing-masing.
Kami juga merasakan ada kerancuan istilah yang
dipaksakan antara “kebebasan berpikir” dan “Pembajakan Agama”.Kita menghargai
kebebasan berfikir, tapi kita menegutuk pembajakan agama.Sebagaimana kita
mendukung Hak Paten, Haki dsb.Mengapa kita tidak menghargai aliran, mazhab
apapun dari Islam, sepanjang tidak keluar mainstream, pokok-pokok ajaran yang
tertuang dalam kitab suci? Tetapi jika sudah berbeda 180 derajat dari kitab
suci tapi masih mengaku Islam itulah yang namanya “Pembajakan Agama”yang harus
kita kutuk.
Untuk itu saya akan menyampaikan fakta-fakta secara
terang benderang, yang menununjukkan bahwa UMAT ISLAM SUDAH TERLALU BANYAK
MENGALAH.Karena itu jangan diusik-usik lagi ketenangan yang sudah kita rasakan
bersama.Jika terjadi pemberontakan sebagian umat yang merasa terusik akibat
kebijakan yang tidak bijak, maka sebenarnya yang menciptakan intoleransi,
kekerasan dan terorisme akibat dari kebijakan itu sendiri.Jangan salahkan anak sekolah mencari Ilmu agama di luar sekolah yang
sulit kita kontrol, jika mereka yang tidak puas mendapatkan pelajaran agam di
sekolahnya.
Sedikit fakta sejarah berikut ini mudah-mudahan kita
akan mendapatkan gambaran bahwa selama ini umat islamlah yang paling banyak
toleransi, mengalah serta paling mengerti masyarakat heterogen dan majemuk.
Masih
kurang percayaa? Mari kita lihat fakta-fakta sebagai berikut:
1. Penghapusan
tujuh kata dalam piagam Jakarta, karena ada isu ancaman dari Indonesia Timur
akan memisahkan diri dari Indonesia.Hingga saat ini isu itu masih misterius
siapa oknum yang mengancam itu.Umat Islam pun menerima dengan ikhlas.
2. Kalender
Nasional dan Kalender Pendidikan memakai kalender Masehi (Nashrani), bukan
kalender Islam (Hijriyah) sehingga sangat susah dan ribet ketika menentukan
libur Ramadhan dan libur Hari Raya, terutama mengatur liburan sekolah, umat
islampun dapat menerima dengan ikhlas.
3. Hari
libur pekanan hari Minggu (Nashrani), bukan hari besar Islam (Jum’at) dan umat
islam juga mengalah.
4. Tahun
Baru Imlek dan Tahun Baru Masehi perayaannya jauh lebih besar dan lebih gebyar
dari pada Tahun Baru Islam.Lagi lagi umat Islam tidak iri hati.
5. Pemaksaan
asas tunggal terhadap organisasi apapun pada zaman Orde Baru yang di rekayasa
oleh kelompok “Tanah Abang”, lagi lagi Umat Islam yang sangat terpojok pada
saat itu, sampai terjadi meletusnya peristiwa Tanjung Priok (dimana korbannya
dari umat Islam ditengarai menjadi lebih dari 400 orang) para aktifis HAM pun
bungkam.Mungkin karena korbannya umat Islam.
6. Pemecatan
siswi berjilbab, dari SLTA Negeri selama 12 tahun, (1980-1992) sampai banyak
korban gadis berjilbab yang diusir dari sekolah negeri.Dan kita tahu siapa
Dirjen Dikdasmen waktu itu yang mengeluarkan surat edaran pelarangan?Seorang
non Muslim.Orang-orang tidak ada yang teriak HAM, termasuk aktifis HAM nya juga
cicing wae.
7. Nama-nama
gedung besar terutama di Jakarta, sangat kental dengan bahasa yang digunakan
oleh non Muslim.Contoh: (Gedung Arthaloka, Gedung Graha Purna Yudha, Gedung
Manggala Wana Bhakti, dsb).
8. Lebih
dari 30 jenis-jenis penghargaan oleh Presiden, semuanya memakai nama-nama yang
juga sangat kental dengan bahasa yang digunakan oleh non Muslim. Contoh:
Bintang Kartika Eka Pakci, Bintang Kartika Eka Paksi Utama, Bintang Kartika Eka
Paksi Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Swa Bhuwana Paksa,
dan umat Islam pun tidak mempermasalahkannya.
9. Peristiwa
Ambon yang sangat jelas, pembantaian terhadap orang-orang yang baru selesai
shalat Ied, saksinya jutaan manusia, tetapi sampai di luar negeri beritanya
jadi sangat terbalik, bahwa umat Islam-lah yang mendahului.(Kita sudah jatuh,
tertimpa tangga pula.Sudah dibantai difitnah pula).
10. Komposisi PNS dan pejabat berdasarkan
agama di beberapa provinsi tidak proposional jika dibanding dengan komposisi
agama penduduknya.Toh umat Islam tidak mempermasalahkan.
11.
Mari bicara soal korban berbagai
pembantaian di negeri ini.Siapa lagi jadi korban? Semua umat Islam.Kasus
Peristiwa Priok, Kasus Lampung, Kasus Cisendo, Kasus Woyla, Aceh, Ambon.
12.
Rekayasa global dengan isu terorisme,
buatan Amerika yang imbasnya di Indonesia, sampai-sampai pesantren pun ada yang
menjadi korban tuduhan.Bahkan kita harus menerima seolah-olah kalau bicara
terorisme itu konotasinya selalu umat Islam.
Betapa baik hati dan tolerannya
umat Islam di Indonesia.Ternyata masih dianggap kurang, masih dianggap
intoleran, JADI APA SIH YANG SEBENARNYA DIINGINKAN?
Jadi, kita sebagai muslim Indonesia sepatutnya kita bahagia karena kita merupakan umat muslim yang bertoleransi.Tetapi, jangan sampai kita terlena oleh toleransi karena bisa menjebak kita ke dalam "Pembajakan Agama".
Jadi, kita sebagai muslim Indonesia sepatutnya kita bahagia karena kita merupakan umat muslim yang bertoleransi.Tetapi, jangan sampai kita terlena oleh toleransi karena bisa menjebak kita ke dalam "Pembajakan Agama".
Sekian dari saya dan jangan lupa
commentnya.
Assalamualaikum wr.wb
Bagus!
ReplyDelete